BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Sampai saat ini penyakit diare masih menjadi masalah
kesehatan dunia terutama di negara berkembang. Besarnya masalah tersebut
terlihat dari tingginya angka kesakitan dan kematian akibat diare. WHO
memperkirakan 4 milyar kasus terjadi di dunia pada tahun 2000 dan 2,2 juta
diantaranya meninggal, sebagian besar anak-anak dibawah umur 5 tahun.Hal ini
sebanding dengan 1 anak meninggal setiap 15 detik atau 20 jumbo jet kecelakaaan
setiap hari 1. Di Indonesia,diare masih merupakan salah satu masalah kesehatan
masyarakat utama. Hal ini disebabkan masih tingginya angka kesakitan dan
menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi dan balita, serta sering
menimbulkan kejadian luar biasa (KLB).
Penyakit diare sering menyerang bayi dan balita, bila tidak
diatasi lebih lanjut akan menyebabkan dehidrasi yang mengakibatkan kematian.
Data terakhir dari Departemen Kesehatan menunjukkan bahwa diare menjadi
penyakit pembunuh kedua bayi di bawah lima tahun (balita) di Indonesia setelah
radang paru atau pneumonia
4. Banyak faktor risiko yang diduga menyebabkan terjadinya
penyakit diare pada bayi dan balita di Indonesia. Salah satu faktor risiko yang
sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih (SAB),
sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis
air, dan kondisi rumah. Data terakhir menunjukkan bahwa kualitas air minum yang
buruk menyebabkan 300 kasus diare per 1000 penduduk. Sanitasi yang buruk
dituding sebagai penyebab banyaknya kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi
masyarakat. Bakteri E.coli
mengindikasikan adanya pencemaran
tinja manusia. Kontaminasi bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di
perkotaan, dan sungai yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri
ini.
Diagnosis
diare dapat ditegakkan berdasarkan pengklasifikasian sesuai dengan gejala dan
tanda seperti gelisa, rewel, mata cekung, nafsu makan menurun, tinja cair,
lendir positif, darah terkadang ada, tinja lama kelamaan berwarna hijau karna
bercampur dengan empedu, anus lecet, dan tinja menjadi asam (karna banmyaknya
asam laktat yang keluar) (Nursalam, 2008). Komplikasi yang dapat terjadi akibat
diare yaitu dehidrasi, renjatan hipovolemik, hipokalemia, bradikardia,
perubahan pada pemeriksaan EKG, hipoglikemia, kejang, malnutrisi energi
protein, syok hipovolemik (Vivian Nanny,2010). Penatalaksanaan yang akan
dilakukan yaitu berikan oralit, berikan zinc selama 10 hari berturut-turut,
teruskan pemberian ASI, antibiotika selektif, nasihat untuk ibu dan
keluarga (Sofwan, 2010).
Program
pemerintah dalam menurunkan angka kesakitan Diare mencakup upaya promotif,
preventiv, kuratif dan rehabilitatif dengan alasan penyakit diare masih
merupakan masalah kesehatan masyarakat di negara berkembang seperti di
Indonesia, karena morbiditas dan mortalitas-nya yang masih tinggi. Survei
morbiditas yang dilakukan oleh Subdit Diare, Departemen Kesehatan dari tahun
2000 s/d 2010 terlihat kecenderungan insiden naik. Pada tahun 2000 IR (Indeks
Rate) penyakit Diare 301/ 1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374 /1000
penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423 /1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi
411/1000 penduduk (Depkes RI, 2009).
Diare
dapat disebabkan oleh infeksi virus seperti Enterovirus (Virus ECHO, Coxsackie,
Poliomyelitis), Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain; infeksi
bakteri seperti Vibrio, E.Coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas dan sebagainya; infeksi parasit seperti cacing (Ascaris, Trichiuris,
Strongyloides), Protozoa (Entamoeba histolytica, Giardia lamblia, Trichomonas
hominis), jamur (Candida albicans). Diare dapat juga disebabkan oleh
intoleransi laktosa, alergi protein susu sapi namun tetap sebagian besar diare
disebabkan oleh infeksi. Di Indonesia, penyebab utama diare adalah Shigella,
Salmonella, Campylobacter, E. Coli, dan Entamoeba histolytica (Depkes RI,
2007).
1.2 Tujuan
1.2.1
Tujuan Umum
-
Untuk
dapat melaksanakan dan meningkatkan kemampuan penulis dalam penanganan
Asuhan Kebidanan Pada Balita Dengan Diare sesuai teori manajemen kebidanan yang
diaplikasikan dalam Asuhan Kebidanan dengan Metode SOAP
1.2.2
Tujuan khusus
1. Melakukan pengkajian pada balita
dengan diare.
2. Melakukan pemeriksaan yang terdiri
dari pemeriksaan umum, pemeriksaan fisik, dan penunjang pada balita dengan
diare
3. Menganalisa data balita dengan diare
4. Melakukan rencana penatalaksanaan
asuhan kebidanan sesuai dengan apa yang telah direncanakan pada balita
dengan diare.
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1.Definisi
Diare
Diare adalah pengeluaran tinja yang tidak normal dan
cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang cair dengan
frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare
adalah suatu kondisi dimana seseorang buang air besar dengan konsistensi lembek
atau cair, bahkan dapat berupa air saja dan frekuensinya lebih sering (biasanya
tiga kali atau lebih) dalam satu hari (Depkes RI, 2011).
Diare
adalah kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena
frekuensi satu kali atau lebih buang air besar dengan bentuk tinja yang encer
atau cair (Suriadi, 2010).
Diare
adalah pengeluaran feses yang tidak normal dan cair. Bisa juga didefinisikan
sebagai buang air besar yang tidak normal dan berbentuk cair dengan frekuensi
lebih banyak dari biasanya. Bayi dikatakan diare bila sudah lebih dari 3 kali
buang air besar, sedangkan neonatus dikatakan diare bila sudah lebih dari 4
kali buang air besar. (Vivian Nanny Lia Dewi, 2010)
2.2.Macam-
macam Diare ( lab/ UPF IKA, 1994:39)
Menurut pedoman dari laboratorium/UPF Ilmu Kesehatan Anak,
Universitas Airlangga 1994. Diare dapat dikelompokkan menjadi:
a) Diare
akut yaitu diare yang terjadi mendadak dan berlangsung paling lama 3-5 hari
b) Diare
berkepanjang bila diare berlangsung selama lebih dari 7 hari.
c) Diare
kronik bila diare berlangsung lebih dari 14 hari.
Sedangkan menurut pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan atau diklasifikasikan menjadi:
1) Diare
akut, terbagi atas : diare dengan dehidrasi berat, diare dengan dehidrasi
ringan/sedang, dan diare tanpa dehidrasi.
2) Diare
peristen bila diare berlangsung 14 hari atau lebih , terbagi atas: diare
peristen dengan dehidrasi dan diare peristen tanpa dehidrasi.
3) Disentri
apabila diare berlangsung disertai dengan darah.
2.3. Tanda klinis
a. Cengeng
b. Gelisah
c. Suhu
meningkat
d. Nafsu
makan menurun
e. Tinja
cair, lender kadang-kadang ada darahnya. Lama-lama tinja berwarna hijau dan
asam
f. Anus
lecet
g. Dehidrasi,
bila menjadi dehidrasi berat akan terjadi volume darah berkurang, nadi cepat
dan kecil, denyut jantung cepat, tekanan darah turun, kesadaran menurun dan
diakhiri dengan shock.
h. Berat
badan turun
i.
Mata dan ubun-ubun cekung
j.
Selaput lender, mulut, dan kulit menjadi
kering
2.4. Etiologi
A. Infeksi
a) Enteral
yaitu infeksi yang terjadi dalam saluran pencernaan yang merupakan penyebab
utama terjadinya diare yang meliputi :
a. Infeksi
bakteri (vibrio, E. coli, Salmonella, Shigella Campylobacter, Yersinia,
Aeromonas, dan sebagainya)
b. Infeksi
virus Entero virus (virus ECHO) Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan
sebagainya
c. Infeksi
parasit cacing (Ascaris Irichius, Oxyuris) Protozoa (Entamoeba, Histolytica,
Trochomonas hominis) Jamur (candida Albican)
b) Parental
yaitu infeksi dibagian tubuh lain diluar alat pencernaan. Misalnya, OMA (Otitis
media Akut). Ensefalitis, Bronkopneumia, dan sebagainya.
B. Mal
absorbsi
1. Karbohidrat:
Monosakarida (intoleransi glukosa dan galaktosa), disakarida (intoleransi
laktosa, maltose dan sukrosa). Pada anak dan bayi paling berbahaya adalah
intoleransi laktosa.
2. Lemak
3. Protein
C. Makanan.
Misalnya basi, beracun, atau alergi.
D. Psikologis.
Misalnya, rasa takut atau cemas.
E. Air
minum tercemar dengan bakteri tinja
F. Menggunakan
botol susu
G. Tidak
memberikan ASI secara penuh untuk 4-6 bulan pertama dari kehidupan.
H. Menyimpan
makana masak pada suhu kamar.
Mekanisme dasar yang
dapat menyebabkan timbulnya diare adalah:
a. Gangguan
osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat
yang tidak dapat diserap oleh tubuh akan menyebabkan tekanan osmotic dalam
rongga usus. Isi rongga usus yang
berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkan isi dari usus sehingga
timbul diare.
b. Gangguan
sekresi
Akibat rangsangan tertentu,
misalnya oleh toksin pada dinding usus yang akan menyebabkan peningkatan
sekresi air dan elektrolit yang berlebihan ke dalam rongga usus, sehingga akan
terjadi peningkatan-peningkatan isi dari rongga usus yang akan merangsang
pengeluaran isi dari rongga usus sehingga timbul diare.
c. Gangguan
motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan bagi usus untuk menyerap makanan yang masuk , sehingga
akan timbul diare. Tetapi apabila terjadi keadaan yang sebaliknya yaitu
penurunan dari peristaltic usus akan dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri yang
berlebihan dalam rongga usus sehingga akan menyebabkan diare juga.
2.5. Patogenesis diare Akut
Menurut
Suharyono (1999: 56) sebagai akibat dari diare akut maupun kronis dapat terjadi
hal-hal sebagai berikut:
1. Kehilangan
air dan elektrolit (terjadi dehidrasi)
Kondisi
ini dapat mengakibatkan gangguan keseimbangan asam basa (metabolic asidosi),
karena:
1) Kehilangan
natrium bikarbonat bersama tinja
2) Adanya
ketosis kelaparan dan metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga benda
keton tertimbun dalam tubuh
3) Terjadi
penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
4) Produk
metabolism yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh
ginjal ( terjadi oliguri dan anuria)
5) Pemindahan
ion natrium dan cairan ekstra seluler kedalam cairan intra seluler
Secara klinis, asidosis
dapat diketahui dengan memperhatikan
pernapasan yang bersifat cepat, teratur, dan dalam (pernapasan kusmaul).
2. Hipoglikemia
Hypoglikemia
terjadi pada 2-3% dari anak –anak yang menderita diare dan lebih sering terjadi
pada anak yang sebelumnya sudah menderita KKP, karena:
a) Penyimpangan
persediaan glycogen dalam hati terganggu.
b) Adanya
gangguan absorbs glukosa ( walaupun jarang terjadi).
Gejala
hypoglikemia akan muncul jika kadar
glukosa darah menurun sampai 40% pada bayi,. 50% pada anak-anak .Hal tersebut
dapat berupa lemas, apatis, peka
rangsangan, tremor, pucat, syok, kejang sampai koma.
3. Gangguan
gizi
Sewaktu
anak menderita diare, sering terjadi
gangguan gizi, sehingga terjadi penurunan berat badan. Hal ini
disebabkan karena:
a) Makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntahnya
akan bertmbah hebat, sehingga orang tua hanya sering memberikan air teh saja.
b) Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran dalam waktu yang
lama
c) Makanan
diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorpsi dengan baik karena adanya
hiperperistaltik
4. Gangguan
sirkulasi
Sebagai
akibat diare yang dengan atau tanpa disertai muntah , maka dapat terjadi
gangguan sirkulasi darah berupa renjatan
atau syok hipovelemik. Akibat perfusi
jaringan berkurang dan terjadinya hipoksia, asidosis bertambah berat sehingga
dapat mengakibatkan perdarahan didalam otak,
kesadaran menurun, dan bila tidak segera ditolong maka penderita dapat
meninggal.
5. Komplikasi
Akibat
diare dan kehilangan cairan serta elektrolit secara mendadak dapat terjadi
berbagai komplikasi sebagai berikut:
a) Dehidrasi
( ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik, atau hipertonik).
b) Renjatan
hipovolemik
c) Hipokalemia
( gejala meteorismus, hipotoni otot lemah, dan bradikardi).
d) Intoleransi
sekunder akibat kerusakan vili mukosa usus dan defisiensi enzim lactose.
e) Hipoglikemia
f) Kejang
terjadi pada dehidrasi hipertonik
g) Malnutrisi
energy protein( akibat muntah dan diare jika lama atau kronik)
Untuk mengetahui
keadaan dehidrasi dapat dilakukan penilaian sebagai berikut :
Penilaian
|
A
|
B
|
C
|
1.
Lihat : keadaan umum
|
Baik,
sadar
|
Gelisah,
rewel
|
Lesu,
lunglai atau tidak sadar
|
Mata
|
Normal
|
Cekung
|
Sangat
cekung dan kering
|
Air
mata
|
Ada
|
Tidak
ada
|
Tidak
ada
|
Mulut
dan lidah
|
Basah
|
Kering
|
Sangat
kering
|
Rasa
haus
|
Minum
biasa tidak haus
|
Haus,
ingin minum banyak
|
Malas
minum/tidak bisa minum
|
2.
Periksa: tubor kulit
|
Kembali
cepat
|
Kembali
lambat
|
Kembali
sangat lambat
|
3.
Hasil pemeriksaan
|
Tanda
dehidrasi
|
Dehidrasi
ringan/sedang, criteria
|
Dehidrasi
berat, criteria bila ada 1 tanda*
|
Bila
ada 1 tanda ditambah 1 atau lebih tanda lain
|
Ditambah
1 atau lebih tanda lain
|
||
4.
terapi
|
Rencana
terapi A
|
Rencana
terapi B
|
Rencana
terapi C
|
*tanda-tanda yang juga
dapat diperiksa: timbangan berat badan, ubun-ubun besar, kencing, nadi,
dan pernapasan atau tekanan darah.
6. Penatalaksanaan
Prinsip
perawatan diare adalah :
a. Pemberian
cairan (rehidrasi awal dan rumat)
b. Diatetik
(pemberian makanan)
c. Obat-obatan




Tanpa
dehidrasi sampai Dehidrasi ringan sampai dehidrasi berat
dengan/tanpa dehidrasi ringan Dehidrasi
sedang komplikasi



Cairan RT (LGG, air tajin Oralit
dengan RL, glukosa cairan dehidrasi



Pengobatan di rumah Di
puskesmas/ di RS/Puskesmas
Perawatan Poliklinik
RS
Jumlah cairan yang
diberikan tanpa dehidrasi adalah 100 ml/kgBB/hr sebanyak 1x setiap 2 jam.
Diberikan 20% dalam 4 jam 1 dan sisanya adlibitum.
Jika setiap kali diare
dan umur anak < 2 th diberikan
½ gelas
< 2-6
th diberikan 1 gelas
Anak besar diberikan 2 gelas
Pada dehidrasi ringan
dan diarenya 4x sehari maka dberikan cairan 25-100 ml/kgBB dalam sehari atau
setiap jam 2x.
Oralit diberikan pada
kasus dehidrasi ringan dan berat ± 100 ml/kgBB/4-6 jam.
Beberapa cara membuat
cairan RT :
1. LGG
2. Gula
pasir 1 sendok teh munjung
3. Garam
dapur halus ½ sendok teh + air masak/air the hangat 1 gelas
4. Air
tajin (21 + 5 gr garam)
a. Cara
tradisional
3
L air + 100 gr atau 6 sendok makan munjung beras dimasak selama 45’-60. Setelah
masak air tajin (2L + 5 gr garam)
b. Cara
biasa
2
L air + tepung beras 100 gr + 5 gr garam dimasak hingga mendidih dan akan
didapat air tajin.
Selain
hal tersebut ASI tetap diberikan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA C USIA 12 BULAN DENGAN DIARE AKUT TANPA DEHIDRASI DI KLINIK H TANJUNGPINANG
TAHUN 2014
Dikaji
Oleh :Mahasiswa A
Tanggal : 14 januari 2014
Tempat : Klinik H
Pukul : 12.45 WIB
I.
SUBJEKTIF
1. Identitas/Biodata
Nama Balita : Balita C
Umur : 12 bulan
Tgl Kelahiran :
11 januari 2013
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ibu :Ny L Nama Ayah :Tn. P
Umur :25 tahun Umur : 27 Tahun
Suku/Kebangsaan :Jawa /Indonesia Suku/Kebangsaan:Melayu/indonesia
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT Pekerjaan : Wiraswasta
Penghasilan/bulan : - Penghasilan/bulan:
2.000.000
Alamat Rumah : Jl.Wiratno No 5E Alamat Rumah : Jl.Wiratno No 5E
2. Keluhan
Utama :
Ibu mengatakan anaknya BAB encer ± 4 kali
dalam sehari dan sudah berlangsung selama 1 hari.
3. Riwayat
Kesehatan :
a
Riwayat
penyakit dahulu :
ibu mengatakan
bayinya tidak pernah sakit.
b
Riwayat penyakit
keluarga :
Ibu mengatakan dalam keluarganya tidak menderita
penyakit menurun ( asma, DM ), menular (TBC), menahun (jantung), sering makan,minum, dan kencing (DM), sesak nafas
(Asma),tekanan darah >140/90 mmHg (Hipertensi). Sakit Kuning (Hepatitis),
Kejang sampai keluar busa (Epilepsi) dan keputihan Gatal – Gatal (PMS).
4.
Riwayat
Imunisasi :
HB
|
POLIO
|
BCG
|
DPT
|
CAMPAK
|
DT
|
|||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
1
|
2
|
3
|
4
|
√
|
1
|
2
|
3
|
√
|
1
|
2
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
√
|
-
|
-
|
||
5. Kebutuhan
Dasar
Kebutuhan
|
Sebelum Sakit
|
Saat Sakit
|
a. Pola Makan
Frekuensi
Porsi
Jenis Makanan
Masalah
|
3 – 4 x
sehari
1 mangkok
kecil
Nasi tim, susu, biskuit
Tidak Ada
|
1 - 3x sehari
1 mangkok
kecil
Nasi tim, susu, biskuit
Nafsu makan berkurang
|
b. Pola Minum
Frekuensi
Jenis Minuman
Masalah
|
5-6 x sehari
ASI, susu tambahan, air putih
Tidak Ada
|
3-4 x sehari
Asi, susu tambahan, air putih
Frekuensi berkurang
|
c. Istirahat
Lama Tidur
Keluhan
|
10 jam/hari
Tidak ada
|
15 jam/hari
Tidak ada
|
d. PersonalHygiene
Mandi
Keramas
Sikat Gigi
Ganti Pakaian
Keluhan
|
2xsehari
3x seminggu
2x sehari
Tiap basah /
kotor
Tidak ada
|
2xsehari
3x seminggu
2x sehari
Tiap basah /
kotor
Tidak ada
|
e. aktifitas
bermain
|
Aktif
|
Aktifitas bermain anak berkurang
|
f. Eliminasi
Frekuensi BAK
Warna
Jumlah
Keluhan
Frekuensi BAB
Warna
Bau
Konsistensi
Keluhan
|
4-6x sehari
Kuning jernih
1 popok penuh
Tidak ada
1 - 2x sehari
Kuning
kecoklatan
Khas
Lembek
Tidak ada
|
4-6x sehari
Kuning jernih
1 popok penuh
Tidak ada
± 4 x sehari
Kuning
Khas
Cair
Frekuensi BAB meningkat
|
II.
OBJEKTIF
1.
Pemeriksaan Umum
Keadaan
Umum : Baik
Suhu : 37,2 0C, Axilla
Pernapasan : 39 x/m,Teratur
HR : 120 x/m,Teratur
BB
sebelum : 11,5 kg
BB
sesudah :11 kg
Tinggi
Badan : 75cm
Lingkar
Kepala : 42 cm
LILA : 11 cm
2. Pemeriksaan
Fisik
a.
Kepala dan wajah
Rambut :hitam bersih
Lesi : tidak ada
Oedema : tidak ada
Ubun-ubun : tidak cekung
b.
Mata
Conjungtiva : tidak anemis
Sclera :
tidakikterik
Sekret :
tidak ada
Cekung : tidak
Bentuk :
simetris
Tanda infeksi : tidak ada
Kelainan : tidak ada
c.
Hidung
Sekret :
tidak ada
Keadaan : bersih
Lesi : tidak ada
d.
Mulut
Secret :
tidak ada
Lidah :
Basah
Bibir :
Basah
Gigi :
Jumlah 3 ( Atas 1, Bawah 2 ), bersih
Gusi :
kemerahan, tidak bengkak, tidak berdarah, tidak ada stomatitis
e.
Leher
Bentuk :
simetris
Massa : tidak ada
Kekakuan : tidak ada
Kel. Tiroid : tidak ada pembesaran
f.
Dada
Bentuk :
simetris
Auskultasi suara : normal
g.
Abdomen
Bentuk :
simetris
Peristaltik usus : meningkat
Tumor/masa :
tidak ada
Turgor Kulit : Normal
h.
Genetalia
Permpuan :
Lobang vagina : Ada
Lobang rethra : Ada
Labia mayor menutupi labia minor : Ya
Pengeluaan :
Tidak Ada
Kelainan : tidak ada
Anus : Tidak Lecet
i.
Ekstremitas
Oedema :
tidak ada
Kelainan : tidak ada
3.
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan
Feses: Konsistensi Cair
III.
ASSESMENT
Diagnosa : Balita C usia 12 bulan dengan diare akut tanpa dehidrasi
Masalah :
balita cengeng dan nafsu makan berkurang
Kebutuhan :
·
Penkes diare
·
Pemberian oralit
·
Pemenuhan nutrisi dan Istirahat
·
Personal Hygiene
Diagnosa
dan masalah potensial : Diare Akut dengan dehidrasi ringan
Tindakan segera, kolaborasi dan rujukan : tidak
ada
IV.
PLAN
1. Menginformasikan
hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa anak mengalami diare dengan tahap ringan.
Ibu mengerti dari penjelasan yang diberikan mengenai keadaan anaknya.
2. Memberi penkes pada ibu tentang diare yaitu diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya 2 x / lebih dalam sehari. Ibu
mengerti tentang diare.
3. Menganjurkan ibu untuk memberi oralit atau larutan gula garam :
·
Sediakan air
mineral 200 ml atau 1 gelas
·
Gula 2 sendok
makan
·
Garam 1 sendok
makan
·
Dicampur,
diaduk sampai larut, di minum 3 x 1 hari
·
Berikan sedikit-sedikit dengan sendok
Ibu
mengerti cara membuat dan memberikan
anak oralit serta bersedia memberikan oralit pada anak.
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anak nutrisi yang bergizi dan istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan bersedia memberukan anak yang bergizi dan istirahat yang cukup.
5. Menganjurkan
ibu untuk menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan
kuku dan jari. Cara
membersihkan botol sesuai dengan standart ( sterilisasi ) yaitu dengan cara
merebus botol ke dalam air mendidih 20 menit untuk menghilangkan kuman /
bakteri yang tertinggal di dalam botol. Ibu mengerti dan bersedia
melaksanakannya.
6. Menganjurkan
ibu untuk segera membawa anak ke tenaga kesehatan apabila keadaan anak tidak
membaik dalam 5 hari. Ibu mengerti dan bersedia membawa anaknya ke tenaga
kesehatan apabila tidak membaik dalam 5 hari.
NO
|
HARI/TANGGAL/JAM
|
PELAKSANAAN
|
PARAF
|
1.
|
Selasa/14
januari 2014/13.00-13.05
|
1. Menginformasikan
hasil pemeriksaan kepada ibu bahwa anak mengalami diare dengan tahap ringan.
Ibu mengerti dari penjelasan yang diberikan mengenai keadaan anaknya.
|
|
2.
|
Selasa/14
januari 2014/13.05-13.15
|
2. Memberi penkes pada ibu tentang diare yaitu diare adalah buang air besar lembek/cair bahkan dapat berupa air saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya, biasanya 2 x / lebih dalam
sehari. Ibu mengerti tentang diare.
|
|
3.
|
Selasa/14
januari 2014/13.15-13.20
|
3. Menganjurkan ibu untuk memberi oralit atau larutan gula garam :
·
Sediakan air
mineral 200 ml atau 1 gelas
·
Gula 2 sendok
makan
·
Garam 1
sendok makan
·
Dicampur,
diaduk sampai larut, di minum 3 x 1 hari
·
Berikan sedikit-sedikit dengan sendok
Ibu
mengerti cara membuat dan memberikan
anak oralit serta bersedia memberikan oralit pada anak.
|
|
4.
|
Selasa/14
januari 2014/13.20-13.25
|
4. Menganjurkan ibu untuk memberi anak nutrisi yang bergizi dan istirahat yang cukup. Ibu mengerti dan bersedia memberukan anak yang bergizi dan istirahat yang cukup.
|
|
5.
|
Selasa/
14 Januari 2014/13.25-13.30
|
5.
Menganjurkan ibu untuk menjaga kebersihan badan terutama pada kebersihan kuku dan jari. Cara membersihkan botol sesuai dengan standart ( sterilisasi ) yaitu
dengan cara merebus botol ke dalam air mendidih 20 menit untuk menghilangkan
kuman / bakteri yang tertinggal di dalam botol. Ibu mengerti dan bersedia
melaksanakannya.
|
|
6.
|
Selasa/
14 Januari 2014/13.30-13.35
|
6. Menganjurkan
ibu untuk segera membawa anak ke tenaga kesehatan apabila keadaan anak tidak
membaik dalam 5 hari. Ibu mengerti dan bersedia membawa anaknya ke tenaga
kesehatan apabila tidak membaik dalam 5 hari.
|
BAB
IV
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Diare adalah pengeluaran tinja yang
tidak normal dan cair. Buang air besar yang tidak normal dan bentuk tinja yang
cair dengan frekuensi lebih banyak dari biasanya.
Diare dapat dikelompokkan menjadi:
a) Diare
akut.
b) Diare
berkepanjang.
c) Diare
kronik.
Tanda klinis :
a. Cengeng.
b. Gelisah.
c. Suhu
meningkat.
d. Nafsu
makan menurun.
e. Tinja
cair, lender kadang-kadang ada darahnya.
f. Anus
lecet.
g. Dehidrasi.
h. Berat
badan turun.
i.
Mata dan ubun-ubun cekung.
j.
Selaput lender, mulut, dan kulit menjadi
kering.
3.2.
Saran
Bagi
orangtua :
Dengan banyaknya angka kejadian sakit, diharapkan pada
orang tua agar selalu waspada bila keadaan anak tidak stabil dan dirasa sakit,
karena diare bila terlambat dalam penanganan maka berakibat sangat buruk sekali
bahkan dapat menyebabkan kematian. Oleh karena itu, segera periksakan anak dan
bayi anda ke petugas kesehatan terdekat bila keadaan anak kurang sehat, selain
itu menjaga kebersihan lingkungan
Bagi petugas kesehatan
:
-
Mempertinggi kerjasama dan lebih
komunikatif dengan pasien dan keluarga
-
Memberikan pelayanan sebaik mungkin
kepada pasien.
DAFTAR
PUSTAKA
Mansjoer, Arif, dkk. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta: Media Aesculapius
Ngastiah. 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2007. Ilmu
Kandungan Edisi 2 Jilid 4. Jakarta: YBP-SP.
2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan
Maternal dan
Neonatal. Jakarta: YBP-SP
Subekti, Nike Budhi.
2007. Buku Saku Manajemen Masalah Bayi
Baru Lahir. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
Sudarti ,
Khoirunnisa,Endang. 2010. Asuhan
Kebidanan Neonatus, Bayi, dan Anak Balita. Yogyakarta: Penerbit Nuha Medika
Sudarti. 2010. Kelainan
Dan Penyakit Pada Bayi Dan Anak. Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti. 2010. Buku Ajar Dokumentasi Kebidanan.
Yogyakarta. Nuha Medika
Semoga Bermanfaat :)
BalasHapus