Sabtu, 19 April 2014

MAKALAH ASUHAN KEBIDANAN II PERSALINAN “Kesempitan Pintu Bawah Panggul”

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang

Kesehatan ibu dan anak merupakan salah satu perhatian dari World Health Organisation (WHO) karena angka kematian ibu dan anak merupakan bagian dari negara Asean yang mempunyai angka kematian Ibu dan Anak yang masih tinggi dibandingkan dengan negara lain. Walaupun 85% persalinan berjalan normal, namun 15 %-nya dijumpai komplikasi yangmemerlukan penanganan khusus. Antenatal care yang baik dapat mencegah komplikasi. Masalah dinegara berkembang adalah tentang fasilitas rumah sakit, sosio-budaya dan sosio-medis masih memegang peranan dibandingkan dengan Negara-negara maju (Sinopsis Obstetri 1998:101).

Persalinan normal suatu keadaan fisiologis, normal dapat berlangsung sendiri tanpa intervensi penolong. Kelancaran persalinan tergantung 3 faktor ”P” utama yaitu kekuatan ibu (power), keadaan jalan lahir (passage) dan keadaan janin (passanger). Faktor lainnya adalah psikologi ibu (respon ibu) , penolong saat bersalin, dan posisi ibu saat persalinan. Dengan adanyakeseimbangan atau kesesuaian antara faktor- faktor “P” tersebut, persalinan normal diharapkan dapat berlangsung.

Bila ada gangguan pada satu atau lebih faktor “P” ini, dapat terjadi kesulitan atau gangguan pada jalannya persalinan.Untuk berhasilnya suatu persalinan spontan, harus diperhatikan 3 faktor  penting yaitu jalan lahir, janin, dan kekuatan-kekuatan pada ibu. Karena panggul berbentuk khas, sukar untuk menetapkan masing-masing bidang pada lokasi yang tepat. Untuk memudahkan, ditentukan 3 bidang khayal dalam rongga panggul : Pintu atas panggul, Ruang tengah panggul, Pintu bawah panggul (Asrinah, 2010). Salah satu penyebab gagalnya proses persalinan adalah disebabkan oleh panggul sempit, oleh karena itu kelompok berminat untuk menyusun suatu makalah tentang kelainan panggul khususnya pada Kesempitan pintu bawah panggul.


1.2  Rumusan Masalah

1.      Apakah pengertian dari kesempitan pintu bawah panggul?
2.      Berapakah ukuran dari kesempitan pintu bawah panggul?
3.      Bagaimana Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan?
4.      Bagaimana cara mengetahui Persangkaan Panggul sempit?
5.              Bagaimana  Penanganan Kesempitan Pintu Bawah Panggul dalam persalinan?


1.3  Tujuan Penulisan

1.3.1        Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memahami dan mengerti penyebab distosia pada persalinan karena kelainan jalan lahir yaitu khususnya kesempitan pintu bawah panggul.


1.3.2        Tujuan Khusus

1       Untuk mengetahui pengertian dari kesempitan pintu bawah panggul
2.      Untuk mengetahui ukuran dari kesempitan pintu bawah panggul
3.      Untuk mengetahui Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan
4.      Untuk mengetahui cara mengetahui Persangkaan Panggul sempit
5.              Untuk mengetahui Penanganan Kesempitan Pintu Bawah Panggul dalam persalinan







BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Kesempitan Pintu Bawah Panggul (PBP)

Pintu bawah panggul merurpakan bidang yang tidak datar,tetapi terdiri atas segitiga depan dan segitiga belakang yang mempunyai dasar yang sama, yakni distansia tuberum. Apabila ukuran yang terakhir ini lebih kecil dari pada biasa, maka sudut arkus pubis mengecil pula (kurang dari 80°). Agar kepala janin dapat lahir,diperlukan ruangan yang lebih besar pada bagian belakang pintu bawah panggul. Dengan diameter sagitalis posterior yang cukup panjang persalinan per vaginaan dapat dilaksanakan, walaupun dengan perlukaan luas pada perineum. PBP berbentuk dua buah segitiga yang memiliki satu sisi bersama ( berupa diameter intertuberous) dan tidak terletak pada bidang yang sama. Apex segitiga anterior permukaan posterior arcus pubis. Apex segitiga posterior ujung vertebra sacralis terakhir ( bukan ujungcoccyx). Terjadi kesempitan pada Pintu Bawah Panggul bila berkurangnya nilai diameter intertuberosa. Berkurangnya nilai diameter intertuberosa menyebabkan sempitnya segitiga anterior sehingga pada kala II, kepala terdorong lebih kearah posterior dengan konskuensi pada persalinan terjadi robekan perineum yang luas. Distosia akibat kesempitan Pintu Bawah Panggul saja jarang terjadi mengingat bahwa kesempitan PBP hampir selalu disertai dengan kesempitan Bidang Tengah Panggul.


2.2. Ukuran Kesempitan pintu bawah panggul:
Pintu bawah panggul terdiri dari 2 segi tiga dengan jarak antar tuberum sebagai dasar bersamaan
Ukuran – ukuran yang penting ialah :
1.       Diameter transversa (diameter antar tuberum ) 11 cm
2.       Diameter antara posterior dari pinggir bawah symphyse ke ujung os sacrum 11 ½ cm
3.       Diameter sagitalis posterior dari pertengahan diameter antar tuberum ke ujung os sacrum 7 ½ cm
Pintu bawah panggul dikatakan sempit kalau jarak antara tubera ossis ischii 8 atau kurang kalau jarak ini berkurang dengan sendirinya arcus pubis meruncing maka besarnya arcus pubis dapat dipergunakan untuk menentukan kesempitan pintu bawah panggul.
Menurut thomas dustacia dapat terjadi kalau jumlah ukuran antar tuberum dan diameter sagitalis posterior < 15 cm ( normal 11 cm + 7,5 cm = 18,5 cm). Kalau pintu bawah panggul sempit biasanya bidang tengah panggul juga sempit. Kesempitan pintu bawah panggul dapat menyebabkan gangguan putaran paksi. Kesempitan pintu bawah panggul jarang memaksa kita melakukan SC, tetapi dapat diselesaikan dengan forcep dan dengan episiotomy yang cukup luas.


2.3 Pengaruh Panggul Sempit Pada Kehamilan dan Persalinan
Panggul sempit mempunyai pengaruh yang besar pada kehamilan maupun persalinan.

a. Pengaruh pada kehamilan
  1. Dapat menimbulkan retrafexio uteri gravida incarcerata
  2. Karena kepala tidak dapat turun maka terutama pada primi gravida fundus atau gangguan peredaran darah
  3. Kadang-kadang fundus menonjol ke depan hingga perut menggantung
  4. Perut yang menggantung pada seorang primi gravida merupakan tanda panggul sempit
  5. Kepala tidak turun kedalam panggul pada bulan terakhir
  6. Dapat menimbulkan letak muka, letak sungsang dan letak lintang.
  7. Biasanya anak seorang ibu dengan panggul sempit lebih kecil dari pada ukuran bayi pukul rata.
b. Pengaruh pada persalinan
1). Persalinan lebih lama dari biasa.
  1. Karena gangguan pembukaan
  2. Karena banyak waktu dipergunakan untuk moulage kepala anak
  3. Kelainan pembukaan disebabkan karena ketuban pecah sebelum waktunya,karena bagian depan kurang menutup pintu atas panggul selanjutnya setelah ketuban pecah kepala tidak dapat menekan cervix karena tertahan pada pintu atas panggul
2). Pada panggul sempit sering terjadi kelainan presentasi / posisi misalnya :
1.       Pada panggul puncak sering terjadi letak defleksi supaya diameter bitemporalis yang lebih kecil dari diameter biparietalis dapat melalui conjugata vera yang sempit itu.
2.       Asynclitismus sering juga terjadi, yang diterapkan dengan “knopfloch mechanismus” (mekanisme lobang kancing)
3.       Pada panggul sempit kepala anak mengadakan hyperflexi supaya ukuran-ukuran kepala belakang yang melalui jalan lahir sekecil-kecilnya
4.       Pada panggul sempit melintang sutura sagitalis dalam jurusan muka belang (positio occypitalis directa) pada pintu atas panggul.
5.       Dapat terjadi ruptura uteri kalau his menjadi terlalu kuat dalam usaha mengatasi rintangan yang ditimbulkan oleh panggul sempit.
6.       Sebaiknya jika otot rahim menjadi lelah karena rintangan oleh panggul sempit dapat terjadi infeksi intra partum. Infeksi ini tidak saja membahayakan ibu tapi juga dapat menyebabkan kematian anak didalam rahim.
7.       Kadang-kadang karena infeksi dapat terjadi tympania uteri atau physometra.
8.       Terjadi fistel : tekanan yang lama pada jaringan dapat menimbulkan ischaemia yang menyebabkan nekrosa.
9.       Nekrosa menimbulkan fistula vesicovaginalis atau fistula recto vaginalis. Fistula vesicovaginalis lebih sering terjadi karena kandung kencing tertekan antara kepala anak dan symphyse sedangkan rectum jarang tertekan dengan hebat karena adanya rongga sacrum.
10.    Ruptur symphyse dapat terjadi, malahan kadang – kadang ruptur dari articulatio scroilliaca.
11.    Kalau terjadi symphysiolysis maka pasien mengeluh tentang nyeri didaerah symphyse dan tidak dapat mengangkat tungkainya.
12.    Parase kaki dapat menjelma karena tekanan dari kepala pada urat-urat saraf didalam rongga panggul , yang paling sering adalah kelumpuhan N. Peroneus.
3). Pengaruh pada anak
1.       Partus lama misalnya: yang lebih dari 20 jam atau kala II yang lebih dari 3 jam sangat menambah kematian perinatal apalagi kalau ketuban pecah sebelum waktunya.
2.       Prolapsus foeniculli dapat menimbulkan kematian pada anak.
3.       Moulage yang kuat dapat menimbulkan perdarahan otak. Terutama kalau diameter biparietalis berkurang lebih dari ½ cm. selain itu mungkin pada tengkorak terdapat tanda-tanda tekanan. Terutama pada bagian yang melalui promontorium (os parietal) malahan dapat terjadi fraktur impresi.
2.4 Persangkaan Panggul sempit
Seorang ibu harus ingat akan kemungkinan panggul sempit jika :
1.    Primipara kepala anak belum turun setelah minggu ke 36
2.    Pada primipara ada perut menggantung
3.    pada multipara persalinan yang dulu – dulu sulit
4.    Kelainan letak pada hamil tua
5.    Kelainan bentuk badan (Cebol, scoliose, pincang dan lain-lain)
6.    Osborn positif
Prognosa persalinan dengan panggul sempit tergantung pada berbagai faktor, yakni :
1.      Bentuk panggul
2.      Ukuran panggul, jadi derajat kesempitan
3.      Kemungkinan pergerakan dalam sendi-sendi panggul
4.      Besarnya kepala dan kesanggupan moulage kepala
5.      Presentasi dan posisi kepala
6.      His

2.5 Penanganan Kesempitan Pintu Bawah Panggul

Dewasa ini 2 tindakan dalam penanganan disproporsisefalopelvik, yang dahulu banyak dilakukan tidak diselenggarakan lagi. Cunam tinggi dengan menggunakan axis-traction forceps dahulu dilakukan untuk membawa kepala janin yang dengan ukuran besarnya belum melewati pintu atas panggul ke dalam rongga panggul dan terus keluar. Tindakan ini ini sangat berbahaya bagi janin dan ibu, kini diganti oleh seksio sesarea yang jauh lebih aman. Induksi partus prematurus umumnya juga tidak dilakukan lagi.

Keberatan tindakan ini ialah kesulitan untuk menetapkan apakan janin walaupun belum cukup bulan, sudah cukup tua dan besar untuk hidup dengan selamat di luar tubuh ibu dan apakah kepala janin dapat dengan aman melewati kesempitan pada panggul ibu. Selain seksio sesarea, dapat pula dilakukan partus percobaan,simfisiotomia dan karsiotomia. Namun simfisiotomia jarang sekali dilakukandi Indonesia, sedangkan kraniotomia hanya dilakukan pada janin mati.


1.      Seksio sesarea
Seksio sesarea dapat dilakukan secar elektif atau primer, yakni sebelum persalinan mulai atau pada awal persalinan, dan secara sekunder,yakni sesudah persalinan berlangsung selama beberapa waktu.Seksio sesarea elektif direncanakan lebih dahulu dan dilakukan pada kehamilan cukup bulan karena kesempitan panggul yang cukup berat,atau karena terdpat disproporsi sefalopelvik yang nyata. Selain itu seksio tersebut diselenggarakan pada kesempitan ringan apabila ada factor-faktor lain yang merupakan komplikasi, seperti primigrvida tua, kelainan letak  janin yang tidak dapat diperbaiki, kehamilan pada wanita yang mengalami masa infertilitas yang lama, penyakit jantung dan lain-lain.
 

Seksio sesarea sekundar dilakukan karena persalinan percobaan dianggap gagal, atau karena timbul indikasi untuk menyelesaikan persalinan selekas mungkin, sedang syarat-syarat untuk persalinan per vaginam tidak atau belum dipenuhi.

2.      Persalinan percobaan

Setelah pada panggul sempit berdasarkan pemeriksaan yang teliti pada hamil tua diadakan penilaian tentang bentuk serta ukuran-ukuran panggul dalam semua bidang dan hubungan antara kepala janin dan panggul, dan setelah dicapai kesimpulan bahwa ada harapan bahwa persalinan dapat berlangsung per vaginam dengan selamat, dapat diambil keputusan untuk menyelenggarakan persalinan percobaan. Dengandemikian persalinan ini merupakan suatu test terhadap kekuatan his dan daya akomodasi, termasuk moulase kepala janin, kedua fakto ini tidak dapat diketahui sebelum persalinan berlangsung selama beberapa waktu. Pemilihan kasus-kasus untuk persalinan percobaan harus dilakukandengan cermat. Di atas sudah dibahas indikasi-indikasi untuk seksiosesarea elektif, keadaan-keadaan ini dengan sendirinya merupakan kontraindikasi untuk persalinan percobaan. Selain itu, janin harus berada dalam presentasi kepala dan tuanya kehamilan tidak lebih dari 42 minggu. Karena kepala janin bertambah besar serta lebih sukar mengadakan moulase, dan berhubung dengan kemungkinan adanya disfungsi plasenta, janin mungkin kurang mampu mengatasi kesukaran yang dapat timbul pada persalinan percobaan. Perlu disadari pula bahwa kesempitan pangguldalam satu bidang, seperti pada panggul picak, lebih menguntungkan daripada  kesempitan dalam beberapa bidang.

Ada beberapa hal yang perludiperhatikan, yaitu:
1. Pengawasan terhadap keadaan ibu dan janin. Pada persalina yang agak lama perlu dijaga agar tidak terjadi dehidrasi dan asidosis
2. Pengawasan terhadap turunnya kepala janin dalam rongga panggul.Karena kesempitan pada panggul tidak jarang dapat menyebabkangangguan pada pembukaan serviks
3. Menentukan berapa lama partus percobaan dapat berlangsung


3.      Simfisiotomi

Simfisotomi ialah tindakan untuk memisahkan tulang panggul kiri dari tulang panggul kanan pada simfisis agar rongga panggul menjadi lebih luas. Tindakan ini tidak banyak lagi dilakukan karena terdesak oleh seksio sesarea. Satu-satunya indikasi ialah apabila pada panggul sempit dengan janin masih hidup terdapat infeksi intrapartum berat, sehingga seksio sesarea dianggap terlalu berbahaya.

4.      Kraniotomi
Pada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janin sudah meninggal, sebaiknya persalinan diselesaikan dengan kraniotomi dan kranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.





PEMBAHASAN2.1

KraniotomiPada persalinan yang dibiarkan berlarut-berlarut dan dengan janinsudah meninggal, sebaiknya persalina diselesaikan dengan kraniotomi dankranioklasi. Hanya jika panggul demikian sempitnya sehingga janin tidak dapat dilahirkan dengan kraniotomi, terpaksa dilakukan seksio sesarea.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Persalinan tidak selalu berjalan lancar, terkadang ada kelambatan dan kesulitan yang dinamakan distosia. Salah satu penyebab distosia itu adalah kelainan pada jalan lahir. Kelainan Jalan lahir berupa kesempitan pintu bawah panggul menyebabkan terjadinya kesuliatan dalam persalinan. Peran bidan dalam mengangani kasus ini adalah dengan kolaborasi dan rujukan ke tempat pelayanan kesehatan yang memilki fasilitas yang lengkap.

3.2 Saran

Peran bidan dalam menangani kelainan jalan lahir hendaknya dapat dideteksi secara dini melalui ANC yang berkualitas sehingga tidak ada keterlambatan dalam merujuk. Dengan adanya ketepatan penanganan bidany ang segera dan sesuai dengan kewenangan bidan, diharapkan akan menurunkan angka kematian ibu dan bayi.






DAFTAR PUSTAKA

Mochtar, Rustam. 1998.Sinopsis Obstetri Jilid I . Jakarta: EGC

Asrinah , dkk.2010. Asuhan Kebidanan Masa Kehamilan. Yogyakarta: Graha


Ilmuhttp://dheeveryan.wordpress.com/2011/07/29/askeb-iv-patologi-kebidanan-distosia-kelainan-jalan-lahir/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar